Minggu, 26 September 2010

PELABUHAN (Pematangan Tanah 100 Ha)

BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Pelabuhan adalah sebuah fasilitas di ujung samudera, sungai, atau danau untuk menerima kapal dan memindahkan barang kargo maupun penumpang ke dalamnya. Pelabuhan biasanya memiliki alat-alat yang dirancang khusus untuk memuat dan membongkar muatan kapal-kapal yang berlabuh.
Pada awalnya, pelabuhan hanya merupakan suatu tepian dimana kapal-kapal dan perahu-perahu dapat merapat dan membuang jangkar untuk bisa melakukan bongkar muat barang, menaik-turunkan penumpang dan kegiatan lainnya. Untuk bisa melakukan kegiatan tersebut maka pelabuhan harus tenang terhadap gangguan gelombang, sehingga pada masa itu pelabuhan berada di tepi sungai, teluk atau pantai yang secara alamiah terlindung terhadap ganggguan gelombang.
Dengan berkembangnya kehidupan sosial dan ekonomi penduduk suatu daerah atau negara maka kebutuhan akan sandang, pangan dan fasilitas hidup lainnya meningkat. Kapal yang semula sederhana dan kecil, sesuai dengan berkembangnya teknologi meningkat menjadi kapal-kapal besar dengan teknologi yang lebih canggih. Bahkan kemudian berkembang kapal-kapal khusus yang disesuaikan dengan barang yang diangkut, seperti kapal barang yang bisa berupa kapal barang umum (general cargo ship), kapal barang curah, kapal tanker, kapal peti kemas, kapal pengangkut gas alam cair (LNG tanker), kapal penumpang, kapal ferry, kapal ikan, kapal keruk, kapal perang, dan lain sebagainya.
Tipe pelabuhan juga disesuaikan dengan kapal-kapal yang menggunakannya, sehingga ada pelabuhan barang, pelabuhan minyak, pelabuhan ikan dan lain sebagainya. Daerah pelabuhan harus cukup luas, yang menyediakan berbagai fasilits untuk bongkar muat barang, menaik-turunkan penumpang, dan lain sebagainya.
Berangkat dari pentingnya pelabuhan dalam perkembangan dan kemajuan suatu negara, maka pembangunan suatu pelabuhan harus di rencanakan dengan baik dan matang. Adapun poin-poin penting dalam perencanaan pelabuhan yaitu mengenai pemilihan lokasi strategis. pematangan tanah, perencanaan dermaga, kolam pelabuhan, penahan gelombang, dan lain-lain.
Dari poin-poin tersebut, tim penulis ditugaskan untuk menyajikan pembahasan mengenai pematangan lahan pelabuhan dengan scope yang luas yaitu seluas 100 Ha. 

B.Perumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang yang telah dikemukakan, maka beberapa masalah dapat Tim Penulis rumuskan, yang nantinya akan di bahas dalam karya ilmiah ini, adalah sebagai berikut :
1.Kondisi tanah pada umumnya pada bagian atas
2.Pembuatan tanggul di sekitar lokasi
3.Pelaksanaan Striping
Banyaknya paluh-paluh sungai di dalam lokasi
Timbulnya mata-mata air setelah striping
Pembuangan hasil striping keluar dari lokasi
4.Metode penimbunan
Adanya kandungan air dalam jumlah besar di bawah muka tanah

C.Pembatasan Masalah
Dari masalah-masalah yang telah kami rumuskan sebelumnya, kami melakukan pembatasan masalah-masalah, antara lain:
1.Luas lahan yang akan dimatangkan adalah 100 Ha, juga memperhatikan lahan cadangan untuk pengembangan di masa depan.
2.Kandungan air tanah pada kedalaman 5 sampai 25 meter
3.Lokasi pematangan tanah adalah di tepi pantai
4.Lokasi Access Road ditetapkan seperti di gambar

D.Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut :
1.Mempelajari tentang permasalahan-permasalahan yang timbul pada pelaksaan pematangan tanah untuk pelabuhan dengan scope yang luas.
2.Memenuhi tugas wajib mata kuliah Pelabuhan yang dibimbing oleh Bapak Ir. Faisal Ezeddin, MS.

E.Metode Penulisan
Penyusun karya ilmiah ini pada hakekatnya merupakan rangkaian kesimpulan informasi yang diperlukan. Data merupakan faktor yang sangat penting dan merupakan unsur yang dominan sehingga data yang relevan dan signifikan dengan masalah akan menghasilkan kesimpulan yang lebih baik dan bermutu.
Metode penelitian merupakan sarana yang memudahkan terlaksananya suatu penulisan karya ilmiah. Dengan menerapkan metode-metode penelitian susunan maupun urutan dilakukan suatu penelitian akan lebih terarah, pengumpulan data yang akurat, serta analisis yang dilakukan akan lebih jelas serta diharapkan dapat menjelaskan dan memberikan pemecahan masalah yang tepat.

Untuk memenuhi kriteria data, adapun metode - metode yang digunakan Tim Penulis dalam penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut :

E.1     Metode Pengumpulan Data
a.Penelitian Kepustakaan (Library Research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan mencari sejumlah referensi yang relevan dengan judul karya ilmiah ini.

b.Pencarian Situs Internet (Internet / Web Research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan mencari sejumlah contoh yang relevan dengan judul penulisan karya ilmiah ini dan mendownloadnya.

E.2     Metode Analisis
a.Metode Analisis Deskriptif  (Descriptive Analysis Method)
Metode analisis deskriptif dilaksanakan dengan mengumpulkan data, mengklasifikasikan kemudian menginterprestasikan sehingga dapat memberikan gambaran yang objektif mengenai proyek yang sedang dianalisis.

b.Metode Analisis Deduktif (Deductive Analysis Method)
Metode analisis deduktif ini digunakan untuk menarik kesimpulan tentang fakta - fakta yang dianalisis berdasarkan kebenaran yang telah diterima umum.

Dari analisis yang diketahui akan diperoleh beberapa kesimpulan dan saran yang akan bermanfaat bagi mahasiswa dan menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan demi menciptakan perencanaan pelabuhan yang baik dan matang.

F.Sistematika Penulisan
Pada penulisan karya ilmiah ini, Tim Penulis akan menjelaskan permasalahan dalam pematangan tanah untuk pelabuhan di mulai dari bab pendahuluan. Bab ini meliputi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan, pembatasan masalah, metode penulisan serta sistematika penulisan. Pada bab berikutnya Tim Penulis akan memaparkan landasan teori pelabuhan itu sendiri antara lain arti pelabuhan dan macam pelabuhan yang diketahui.
Pada Bab ketiga, merupakan inti yang hal yang terpenting dalam penulisan masalah ini, pada bab ini akan dibahas permasalahan yang penyelesaian dari masalah-masalah yang timbul dalam pelaksanaan pematangan tanah pelabuhan ini.
Bab Keempat merupakan bab penutup dalam penulisan ilmiah ini. Pada bagian ini, Tim Penulis menyimpulkan uraian sebelumnya dan memberikan saran mengenai perencanaan pelabuhan dalam hal ini menyangkut pematangan tanah untuk pelabuhan yang telah dibahas.

BAB II
LANDASAN TEORI


A.Arti Penting Pelabuhan
Indonesia sebagai negara kepulauan atau maritim, peranan pelayaran adalah sangat penting bagi kehidupan sosial, ekonomi, pemerintahan, pertahanan dan keamanan, dan sebagainya. Bidang kegiatan pelayaran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pelayaran niaga dan pelayaran bukan niaga. Pelayaran niaga adalah usaha pengangkutan barang, terutama barang dagangan, melalui laut antar tempat atau pelabuhan. Pelayaran bukan niaga meliputi pelayaran kapal patroli, survei kelautan, dan sebagainya.
Kapal sebagai sarana pelayaran mempunyai peran sangat penting dalam sistem angkutan laut. Hampir semua barang import, ekspor dan muatan dalam jumlah sangat besar diangkut dengan kapal laut. Hal ini mengingat kapal mempunyai fasilitas yang jauh lebih besar daripada sarana angkutan lainnya.
Contoh : Pengangkutan minyak yang mencapai puluhan bahkan ratusan ribu ton, apabila harus diangkat dengan truk tangki diperlukan ribuan kendaraan.
Untuk mendukung sarana angkutan laut tersebut diperlukan prasarana yang berupa pelabuhan. Di pelabuhan ini kapal melakukan berbagai kegiatan seperti menaik - turunkan penumpang, bongkar muat barang, pengisian bahan bakar dan air tawar, melakukan reparasi, mengadakan perbengkalan dan sebagainya

B.Definisi Pelabuhan
Dalam bahasa Indonesia dikenal dua istilah yang berhubungan dengan arti pelabuhan yaitu bandar ( harbour ) dan pelabuhan ( port ). Kedua istilah tersebut sering tercampur aduk sehingga sebagian orang mengartikannya sama. Sebenarnya arti kedua istilah tersebut berlainan.
Bandar ( harbour ) adalah daerah perairan yang terlindung terhadap gelombang dan angin untuk berlabuhnya kapal - kapal. Bandar ini hanya merupakan daerah perairan dengan bangunan - bangunan yang diperlukan untuk pembentukannya, perlindungan dan perawatan, seperti pemecah gelombang, jetty dan sebagainya, dan hanya merupakan tempat bersinggahnya kapal untuk berlindung, mengisi bahan bakar, reparasi dan sebagainya.
Pelabuhan ( port ) adalah daerah yang terlindung terhadap gelombang, yang dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga di mana kapal dapat bertambat untuk bongkar muat barang, kran - kran untuk bongkar muat barang, gudang laut (transito) dan tempat-tempat penyimpanan di mana kapal membongkar muatannya, dan gudang - gudang di mana barang-barang dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama selama menunggu pengiriman ke daerah tujuan atau pengapalan. Terminal ini dilengkapi dengan jalan kereta api, jalan raya atau saluran pelayaran darat. Dengan demikian daerah pengaruh pelabuhan bisa sangat jauh dari pelabuhan tersebut.
Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pelabuhan merupakan bandar yang dilengkapi dengan bangunan - bangunan untuk pelayanan muatan dan penumpang seperti dermaga, tambatan, dengan segala perlengkapannya. Jadi suatu pelabuhan juga merupakan bandar, tetapi suatu bandar belum tentu merupakan suatu pelabuhan.

C.Pelabuhan di Indonesia
Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari 3700 pulau dan wilayah pantai sepanjang 80.000 km atau dua kali keliling dunia melalui khatulistiwa. Oleh karena itu kegiatan pelayaran sangat diperlukan untuk menghubungkan antar pulau, penjagaan wilayah laut, penelitian kelautan dan sebagainya. Salah satu kegiatan pelayaran terpenting di Indonesia adalah pelayaran niaga yang dapat dibedakan menjadi pelayaran lokal, pelayaran pantai dan pelayaran samudra. Pada pelayaran lokal, pelayaran hanya bergerak dalam batas daerah tertentu di dalam suatu propinsi di Indonesia, atau dalam dua propinsi yang berbatasan. Luas wilayah operasinya tidak melebihi 200 mil. Kapal - kapal yang digunakan biasanya kecil dan biasanya kurang dari 200 DWT. Pelayaran pantai, yang juga disebut pelayaran antar pulau atau pelayaran Nusantara, mempunyai wilayah operasi di seluruh perairan di Indonesia. Pelayaran Samudra adalah pelayaran yang beroperasi dalam perairan Internasional, dengan membawa barang-barang ekspor dan impor dari suatu negara ke negara lainnya.
Selain ketiga jenis pelayaran tersebut, terdapat pelayaran rakyat sebagai usaha rakyat yang bersifat tradisonal yang merupakan bagian dari usaha angkutan di perairan. Pelayaran ini menggunakan kapal kecil atau perahu layar. Wilayah operasinya adalah di seluruh perairan di Indonesia.
Sehubungan dengan jenis pelayaran niaga tersebut, maka pelabuhan sebagai prasarana angkutan laut juga disesuaikan. Sesuai dengan kondisi jenis atau ukuran kapal yang singgah di pelabuhan dan tingkat perkembangan daerah yang tidak sama, maka Pemerintah telah melakukan kebijaksanaan dalam pengembangan jaringan sistem pelayanan angkutan laut dan kepelabuhanan yang didasarkan pada 4th Gate Way Ports System. Dalam kaitannya dengan hal tersebut di atas, di kenal adanya penggolongan pelabuhan sebagai berikut ini.
Gate Way Port, adalah Pelabuhan yang disinggahi oleh kapal kontainer, kapal barang umum, kapal barang dari Collector Port, dan kapal penumpang.
Terdiri dari pelabuhan berikut :
 • Tanjung Priok ;  •    Tanjung Perak ; • Belawan;  • Ujung Pandang
Regional Collector Port, adalah Pelabuhan yang disinggahi oleh kapal barang dari pelabuhan pengumpul dan pelabuhan cabang.
Terdiri dari pelabuhan berikut :
• Teluk bayur ;  • Palembang ;  • Balikpapan ; • Dumai ;  • Lembar ;  • Pontianak
• Cirebon ;  • Panjang ; • Ambon ; • Kendari ;  • Lhok Seumawe ;  • Sorong
• Bitung ;  • Semarang
Trunk Port, adalah Pelabuhan yang disinggahi oleh kapal barang dari pelabuhan pengumpul dan pelabuhan Feeder serta kapal - kapal perintis.
Terdiri dari pelabuhan berikut :
Kategori I :
• Banjarmasin ;  • Samarinda ;  •    Meneng ;  • Cilacap ;  • Tarakan ;  • Donggala
• Tenau ;  • Ternate ;  • Krueng raya ;  • Sibolga ;  • Jayapura ;  •     Gorontalo ; 
• Bengkulu ;  • Batam
Kategori II :
• Kuala langsa ;  • Sampit ;  • Benoa ;  • Pekan baru ;  • Jambi ;  • Pare-pare
• Sintete ;  • Biak
Feeder Port, Pelabuhan yang disinggahi oleh kapal barang atau kapal perintis dan merupakan pelabuhan kecil dan perintis yang jumlahnya lebih dari 250 buah di seluruh Indonesia. Pelabuhan ini melayani di daerah - daerah terpencil. Pelabuhan perintis ini dimaksudkan untuk membuka kegiatan ekonomi daerah terpencil, seperti di Wilayah Barat Sumatera, Nusa Tenggara Barat dan Timur, Maluku dan Irian Jaya
D.Jenis-jenis Pelabuhan
Pelabuhan dapat dibedakan menjadi beberapa macam yang tergantung pada sudut tinjauannya, yaitu dari segi penyelenggaraaanya, pengusahaanya, fungsi dalam perdagangan nasional dan internasional, segi kegunaan dan letak geografisnya.

D.1     Ditinjau dari segi penyelenggaraannya
Pelabuhan umum
Pelabuhan umum diselenggarakan untuk kepentingan pelayanan masyarakat umum.
Pelabuhan khusus
Pelabuhan khusus di selenggarakan untuk kepentingan sendiri guna menunjang  kegiatan tertentu.
Contoh : Pelabuhan LNG Arun di Aceh yang digunakan untuk mengirim hasil produksi gas alam cair ke daerah atau negara lain. Pelabuhan Pabrik Aluminium Asahan di Kuala Tanjung, Sumatera Utara yang digunakan untuk melayani import bahan baku bauksit dan eksport aluminium ke daerah / negara lain

D.2     Ditinjau dari segi pengusahaannya
Pelabuhan yang diusahakan
Pelabuhan ini sengaja diusahakan untuk memberikan fasilitas-fasilitas yang diperlukan oleh kapal yang memasuki pelabuhan untuk melakukan kegiatan bongkar muat barang, menaik - turunkan penumpang serta kegiatan lainnya.
Pelabuhan yang tidak diusahakan
Pelabuhan ini merupakan tempat singgah kapal / perahu tanpa fasilitas bongkar muat, bea cukai dan sebagainya.

D.3     Ditinjau dari segi fungsi dalam perdagangannya
Pelabuhan laut
Pelabuhan laut adalah pelabuhan yang bebas dimasuki oleh kapal - kapal berbendera asing.


Pelabuhan pantai
Pelabuhan pantai adalah pelabuhan yang disediakan untuk perdagangan dalam negri dan oleh karena itu tidak bebas disinggahi oleh kapal - kapal berbendera asing.

D.4     Ditinjau dari segi kegunaannya
Pelabuhan ikan
Pelabuhan ikan adalah pelabuhan yang diperuntukkan untuk penangkapan ikan.
Pelabuhan minyak
Pelabuhan minyak adalah pelabuhan dengan fasilitas bongkar muat minyak.
Pelabuhan barang
Pelabuhan ini mempunyai dermaga yang dilengkapi dengan fasilitas untuk bongkar muat barang.
Pelabuhan penumpang
Pelabuhan penumpang adalah pelabuhan yang diperuntukkan untuk penumpang.
Pelabuhan campuran
Pada umumnya pencampuran pemakaian ini terbatas untuk penumpang dan barang, sedangkan untuk keperluan minyak dan ikan biasanya tetap terpisah.
Pelabuhan militer
Pelabuhan ini mempunyai daerah perairan yang cukup luas untuk memungkinkan gerakan yang cepat kapal - kapal perang dan semua letak bangunannya cukup terpisah.

D.5     Ditinjau dari segi geografisnya
Pelabuhan alam
Pelabuhan alam merupakan daerah perairan yang terlindungi dari badai dan gelombang secara alam, misalnya oleh suatu pulau, jazirah atau terletak di teluk, estuari (bagian dari sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut) dan muara sungai.

Pelabuhan buatan
Pelabuhan buatan adalah suatu daerah perairan yang dilindungi dari pengaruh gelombang dengan membuat bangunan pemecah gelombang    ( breakwater )
Pelabuhan semi alam
Pelabuhan ini merupakan campuran dari kedua tipe diatas.

E.Persyaratan dan Perlengkapan Pelabuhan
Untuk bisa memberi pelayaran yang baik dan cepat, maka pelabuhan harus bisa memenuhi beberapa persyaratan berikut ini, yaitu :

Harus ada hubungan yang mudah antara trasporatasi air dan darat, seperti jalan raya dan kereta api.
Pelabuhan berada di suatu lokasi yang mempunyai daerah belakang (daerah pengaruh) subur dengan populasi poenduduk yang cukup padat.
Pelabuhan harus mempunyai kedalaman air dan lebar alur yang cukup lebar.
Kapal - kapal yang mencapai pelabuhan harus bisa membuang sauh selama menunggu untuk merapat ke dermaga guna bongkar muat barang atau mengisi bahan bakar.
Pelabuhan harus mempunyai fasilitas untuk bongkar muat barang ( kran, dsb ) dan gudang - gudang penyimpanan barang.
Pelabuhan harus mempunyai fasilitas untuk mereparasi kapal.

Untuk memenuhi semua persyaratan tersebut, pada umumnya pelabuhan mempunyai bangunan – bangunan berikut ini :
Bangunan pemecah atau penahan gelombang.
Alur atau Jalur pelayaran.
Kolam Pelabuhan
Dermaga
Alat penambat
Gudang
Gedung Terminal untuk keperluan administrasi
Fasilitas bahan bakar untuk kapal
Fasilitas kapal pandu, kapal tunda dan perlengkapan lain yang diperlukan untuk membawa kapal masuk dan keluar pelabuhan.
Peralatan bongkar muat barang seperti kran darat, kran apung, kenderaan untuk mengangkat atau memindahkan barang seperti forklift.
Fasilitas - fasilitas lain untuk keperluan penumpang, anak buah kapal dan muatan kapal seperti dokter pelabuhan, karantina, bea-cukai, imigrasi, keamanan, dan sebagainya.


Contoh Gambar :

Pelabuhan dengan fasilitas - fasilitasnya

F.Jenis Pelayanan jasa

Jasa Pandu ( Pelayanan kapal )
Jasa pemanduan kapal sewaktu memasuki alur pelayaran menuju / keluar dari pelabuhan, untuk menjaga keselamatan kapal penumpang dan muatan selama di pelabuhan.
Jasa Bongkar Muat ( Pelayanan kapal )
Aktivitas bongkar muat di dermaga yaitu stevedoring dan cargodoring, receiving / delivery.
Jasa Penumpukkan ( Pelayanan barang )
Pelayanan barang di Lapangan penumpukkan atau gudang sebelum barang dimuat ke kapal atau dikirim ke pemilik.
Jasa Pelayanan Air Kapal ( Pelayanan kapal )
Jasa penyediaan air bersih untuk operasional kapal selanjutnya.
Jasa Penyewaan Alat ( Pelayanan penyewaan alat )
Untuk menunjang kegiatan bongkar muat barang di pelabuhan disediakan penyewaan alat alat bongkar muat agar waktu yang diperlukan untuk kegiatan tersebut cepat dan efisien.
Jasa Labuh ( Pelayanan kapal )
Jasa labuh adalah saat kapal menunggu untuk masuk kepelabuhan baik menunggu kesiapan dermaga atau menunggu muatan kapal.
Jasa Tambat ( Pelayanan kapal )
Jasa Tambat adalah saat kapal berada di dermaga untuk bertambat dan melakukan aktivitasnya dengan aman yaitu melaksanakan bongkar dan muat barang selama di dermaga.
Jasa Tunda dan Kepil ( Pelayanan kapal )
Jasa Tunda dan Kepil adalah pekerjaan pelayanan kapal di dermaga saat olah gerak kapal untuk melaksanakan kegiatan di dermaga mengikat dan melepas tali.

Contoh - Contoh Gambar :


Pelayanan Pandu


Pelayanan Bongkar Muat


Jasa Penumpukkan Barang


Jasa Air Kapal


Penyewaan Alat


Jasa Labuh


Jasa Tambat Kapal


Pelayanan tunda

Dari landasan teori diatas, maka dalam pembangunan pelabuhan memerlukan perencanaan yang baik. Pada bab berikutnya Tim Penulis akan membahas tentang salah satu poin perencaan tersebut yaitu perencaan pematangan tanah.

BAB III
PEMBAHASAN

Pematangan tanah untuk pelabuhan tidaklah mudah. Karena masalah yang dihadapi merupakan masalah yang multikompleks. Masalah-masalah tersebut adalah sebagai berikut:
1.Kondisi tanah pada umumnya pada bagian atas
2.Pembuatan tanggul di sekitar lokasi
3.Pelaksanaan Striping
Banyaknya paluh-paluh sungai di dalam lokasi
Timbulnya mata-mata air setelah striping
Pembuangan hasil striping keluar dari lokasi
4.Metode penimbunan
Adanya kandungan air dalam jumlah besar di bawah muka tanah

A.Kondisi Tanah Pada Umumnya Pada Bagian Atas
Pada umumnya tanah pada bagian atas di tepi pantai bersifat lunak, karena merupakan daerah rawa. Umumnya lapisan tanah yang disebut lapisan lunak adalah lempung (clay) atau lanau (silt).
Biasanya sebahagian besar dari lapisan lunak itu telah dibentuk oleh proses alamiah. Tebal dan luas sangat bergantung dari corak topografi dan geologi yang membentuk lapisan lunak itu beserta kondisi sekililing sesudah terjadi formasi itu.
Bilamana diperlukan untuk membangun di atas lapisan lunak itu, maka pertama-tama masalah teknis yang harus diselidiki adalah daya dukung (bearing capacity) dan penurunan (settlement). Kadang-kadang, tergantung dari jenis konstruksi, kita tidak memerlukan penyelidikan daya dukung. Sebaliknya, kadang-kadang dalam menghadapi kemungkinan perbedaan penurunan (differential settlement), kita bukan menggunakan pondasi langsung, melainkan harus menggunakan pondasi tiang yang mencapai lapisan tanah keras.
Lapisan yang lunak umumnya terdiri dari tanah yang sebagian besar terdiri dari butir-butir yang sangat kecil seperti lempung atau lanau. Dalam lapisan sedemikian, makin muda umur akumulasinya, makin tinggi letak muka air tanahnya. Lapisan muda sedemikian juga kurang mengalami pembebanan sehingga sifat mekanisnya buruk dan tidak mampu memikul beban.
Sifat lapisan tanah lunak adalah tanah yang gaya gesernya yang kecil, kemampatan yang besar dan koefisien permeabilitas yang kecil. Jadi, bilamana pembebanan konstruksi melampaui daya dukung kritis, maka akan terjadi kerusakan tanah pondasi. Meskipun intensitas beban itu kurang dari daya dukung kritis, dalam jangka waktu yang lama besarnya penurunan akan meningkat yang akhirnya akan mengakibatkan berbagai kesulitan.

B.Pembuatan tanggul di sekitar lokasi.
Sebelum melakukan striping (pembersihan) lokasi, kita harus membuat tanggul disekeliling lahan yang akan dimatangkan. Hal ini dilakukan untuk memproteksi lokasi pematangan. 
Tinggi tanggul yang kita bangun  adalah 50 cm lebih tinggi daripada tinggi air laut pasang tertinggi. Setelah  di sekeliling  lokasi telah kita bangun tanggul  akan ditentukan jalan masuk (access)  atau pintu masuk ke lokasi proyek tersebut , dalam menentukan jalan masuk perlu di perhatikan, posisinya dekat dengan jalan yang akan mengangkut bahan – bahan  ke lokasi proyek.

Masalah apabila terjadi hujan
Bila turun hujan pada saat pembuatan tanggul, air akan turun di sekitar tanggul dan merendam lokasi penimbunan, untuk mengantisipasinya dibuatlah saluran Railed seperti parit untuk menampung limpasan air hujan yang turun dari tanggul agar tidak menggenangi lokasi, dan di daerah-daerah tertentu dibuat dewatering sebagai tempat resapan keluar.
Saluran dewatering tersebut didesain sedemikian rupa agar kondisinya lebih tinggi dari pada permukaan di luar tanggul, agar air dapat keluar dari saluran tertutup yang kita buat dibawah tanggul, catatan agar efisien saluran keluar tersebut dapat kita arahkan langsung ke arah pantai/laut.
Syarat apabila air dengan ketinggian 20 – 50 cm, dan surut kira-kira di bawah 1 jam kita biarkan air mengalir, tetapi jika dalam waktu 1 jam air tidak surut maka kita dapat memompanya keluar melewati tanggul.
Tetapi kita juga harus memperhitungkan apabila terjadi pasang pada laut, kita tidak inginkan lokasi kita tergenang akibat aliran balik dari saluran dewatering yang kita buat akibat tekanan air pasang lebih besar, solusinya kita dapat membuat klep di ujung saluran keluar, jadi saluran kita hanyalah saluran 1 arah, klep akan terbuka akibat ada air yang keluar dan akan tertutup ketika ada aliran balik.

C.Pelaksanaan Striping
Setelah memastikan bahwa lokasi telah aman dari air (banjir), maka lokasi yang berada di dalam tanggul, yang merupakan lokasi yang direncanakan sebagai pelabuhan tersebut, dilakukan striping. Striping adalah kegiatan pembersihan lahan dari sampah, pohon-pohon, bahkan anak sungai, jika ada. Perbersihan tersebut meliputi pembersihan pepohonan dan penggalian tanah lunak yang terdapat di lokasi yang akan ditimbun. Jadi, tanah lama yang buruk akan kita buang dan kita ganti dengan menimbun tanah yang baik.
Banyaknya paluh-paluh sungai di dalam lokasi
Untuk mengatasi paluh-paluh sungai yang ada dalam lokasi pematangan, ada dua pilihan:
1.Bila memungkinkan, kita dapat menghilangkan paluh-paluh tersebut. Opsi ini dipilih bila dimensi paluh tidak terlalu signifikan.
2.Bila penghilangan paluh tidak memungkinkan untuk dilakukan, maka paluh-paluh tersebut harus dibuat sekecil mungkin, dan disekelilingnya kita buat proteksi dengan menggunakan geotextille. Kemudian kita isi dengan  koral-koral. Hal ini dilakukan untuk memadatkan paluh tersebut tanpa menghambat aliran air. Jadi, air mengalir dari sela-sela koral tersebut.

Timbulnya mata-mata air setelah striping
Setelah lokasi di striping, kita banyak menemukan mata-mata air. Mata-mata air ini dapat menggangu proses penimbunan. Dalam mengatasi masalah mata air ini, kita tidak boleh menutup mata air tersebut.
Mata air yang timbul tersebut harus dialirkan keluar. Lubang mata air tersebut diproteksi dengan geotextile, kemudian dipasang pipa elbow yang dihubungkan dengan pompa yang akan mengalirkan air keluar menuju paluh buatan sebagai drainase.

Pembuangan hasil striping keluar dari lokasi
Hasil striping yang telah dilakukan dapat berupa, sampah-sampah, pepohonan, dan tanah-tanah yang lunak yang kualitasnya buruk dan tidak memungkinkan untuk dibangun suatu konstruksi diatasnya.
Hasil-hasil striping tersebut dipisahkan menurut jenisnya. Sampah-sampah tentunya di buang ke tempat pembuangan. Sedangkan pepohonan dikubur di tempat yang sampai kapanpun tidak akan diberi beban yang besar, misalnya pada lokasi yang direncanakan akan kita bangun taman.
Hasil stripping yang berupa tanah dapat dipakai lagi untuk pembuatan penahan gelombang.

D.Metode Penimbunan
Setelah lokasi bersih, lokasi ditimbun dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Menentukan jalur acces ke lokasi yang terdekat dengan jalan raya.
Hal ini bertujuan untuk mempermudah pergerakan alat-alat berat yang akan masuk ke lokasi pematangan.
Menimbun lokasi di dekat pintu masuk.
Pada lokasi yang telah dimatangkan ini dibangun workshop (ruang kerja) sebagai tempat untuk diskusi, menyimpan alat dan reparasi alat.

Setelah lokasi kita bebas dari limpasan air pasang dan juga aliran air hujan maka mulailah kita membenahi lapangan tempat untuk daerah yang dimatangkan. Kemudian kita plot-plot lapangan tersebut dengan ukuran maksimal ½ Ha, artinya setiap ½ Ha ini kita benteng lagi. Yang mana benteng-benteng ini akan kita jadikan jalan di dalam lokasi. Sehingga dumptruck yang telah selesai melakukan pembuangan, dapat langsung jalan keluar. Jadi, tanah tidak menumpuk di jalan masuk.
Apabila pada lokasi kita terdapat keadaan tanah lempung yang kandungan airnya sedalam 5 m, kita dapat membuat pumpsump dengan penahan yang bisa dibuat dari papan dengan dasar ditimbun dengan koral kemudian semuanya dilapisi dengan geotekstil, dan pinggiran bagian luarnya juga di timbun dengan koral. Pada dasar pumpsump kita letakkan automatic pump jadi kapan ada air, pompa akan langsung memompa air keluar, dalam 7 hari pompa akan bekerja dengan waktu 15 menit setiap 1 jam, jadi setiap 1 jam air akan terkumpul di bawah dan selama 15 menit air akan di pompa keluar.


PUMP SUMP (untuk kedalaman hingga 5 m)

Untuk mengejar konsolidasi, ketika pump berhenti kita dapat menggetarkan dengan memberikan beban yang digerakkan di kiri dan kanan pump sam tersebut, dengan demikian air akan masuk lagi ke dalam dan di alirkan kembali keluar. Apabila benar kondisi tanah tersebut dengan kandungan air sedalam 5 m, akan terjadi pemempatan dan tanah akan turun kira-kira setinggi 1 m, jadi pada kondisi demikian tanah lempung sudah berubah, karena tanah lempung adalah tanah yang lembek/lemah yang berbentuk mirip seperti bubur, biasanya lapisan tanah lempung dan lapisan di bawahnya adalah kedap air jadi air yang berada di atasnya dapat bergerak bebas ke kiri dan kanan, jadi akibat adanya beban yang bergetar di atas maka air akan masuk ke dalam lubang tersebut.
Permasalahan akibat tanah lempung dengan kandungan air yang dalam
Pembuatan pumpsump dilakukan apabila kedalaman tanah lempung dengan kandungan air sedalam 5 m, sekarang kita akan berbicara dengan keadaan tanah lempung dengan keadaan air sedalam 15 - 25 m, maka kita desain lagi pada tempat-tempat tertentu kita buat Vertikal Drain. Artinya kita buat sumur-sumur sampai kedalam 20 – 25 m, sumur-sumur ini dibuat tujuannya untuk mengeluarkan air tanah yang berada layer per layer yang tersembunyi di lapisan tanah.
    Vertikal Drain ada 2 macam :
Kita manfaatkan dari sand pile (tiang pancang dari pasir), dipancangkan pipa yang dibawahnya diberi klep terus diisi dengan pasir kemudian pipanya dicabut sehingga hanya pasir yang mengisi lubang piling tersebut, maka jadilah tiang-tiang pancang pasir yang gunanya sebagai tempat rembesan air yang mengalir ke atas akibat tertekan oleh pemancangan tersebut.


SAND PILE

Kita gunakan Paper Drain yaitu kertas pancang yang dipancangkan pada tanah tersebut, kertas tersebut bebentuk seperti kertas sekat-selat yang terdapat pada roti kaleng, punya rongga jadi air akan mengalir dari rongga-rongga tersebut. Cara kerjanya hampir sama dengan sand pile, hanya meterial pile nya yang berbeda.
Dibagian atas, untuk mengejar konsolidasi apakah kita memakai tiang pancang pasir (sand pile) atau tiang pancang kertas (paper drain), kemudian kita memberikan beban mati yang bisa terbuat dari batu koral, kita letakkan di atas dengan asumsi kita, kemudian dilapis dengan geotekstil. Dengan pembebanan yang sedemikian rupa kita kontrol dengan elevasi awal setiap 24 jam, kita lihat berapa penurunan elevasi yang terjadi, sampai kita dapatkan konsolidasi yang kita harapkan.
Selama kejadian ini air akan terus mengalir keluar, aliran-aliran ini akan kita desain agar mengarah saluran-saluran dewatering yang telah kita rencanakan tadi agar keluar dari lokasi. Apabila konsolildasi yang kita dapatkan sudah mencapai 90%, dan ketinggian layer pematangan sudah dapat kita rencanakan. 
LAYER-LAYER PEMADATAN

Sebaiknya lapisan dasar akibat penurunan kita lapisi dengan geotekstil kemudian penimbunan layer per layer kita padatkan dan kita periksa kembali konsolidasinya. Dengan demikian keadaan tanah sudah padat 99,99%.

BAB IV
PENUTUP

KESIMPULAN
Setelah mengikuti mata kuliah pelabuhan dan menyelesaikan hasilnya dalam bentuk karya ilmiah tentang pematangan tanah pelabuhan, maka secara umum kami menarik kesimpulan bahwa:
Pembangunan pelabuhan memerlukan perencanaan yang baik.
Pematangan tanah untuk pelabuhan tidaklah mudah. Karena masalah yang dihadapi merupakan masalah yang multikompleks.
Sifat lapisan tanah lunak adalah tanah yang gaya gesernya yang kecil, kemampatan yang besar dan koefisien permeabilitas yang kecil. Jadi, bilamana pembebanan konstruksi melampaui daya dukung kritis, maka tanah tidak mampu memikulnya.
Pematangan tanah dilakukan untuk mengatasi sifat-sifat tanah lunak tersebut.
Diperlukan metode pematangan yang tepat agar pekerjaan lebih efektif dan efisien.


SARAN
Setelah menelaah masalah pematangan tanah ini, tim penulis dapat memberikan saran sebagai berikut :
Sebaiknya instansi yang berwenang melakukan pembangunan pelabuhan, merencanakan pembangunan tersebut dengan matang.
Dilakukan penggunaan metode pematangan yang tepat agar pekerjaan lebih efektif dan efisien.

DAFTAR PUSTAKA


Nakazawa, Kazuto & Suyono Sosrodarsono. 1983. Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi. Jakarta : PT. Pradnya Paramita
Triatmodjo, Bambang. 1996. Pelabuhan. Jogjakarta : Beta Offset
Ezzeddin, Faisal, Ir. MS. “Kuliah Pelabuhan” Dept. Teknik Sipil USU. 10 Maret 2009